Sejumlah Komoditas Picu Sumsel Alami Deflasi 0,13 Persen per Oktober 2025

Laporan: TIA

 

KOTA PALEMBANG, BS – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada Oktober 2025 berada diangka 0,13 persen, menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

 

Kondisi ini menunjukkan tekanan harga di sejumlah komoditas mulai mereda menjelang akhir tahun.

 

Kepala BPS Sumsel, Moch Wahyu Yulianto menyebut, angka tersebut menandakan inflasi di daerah masih terkendali dan berada di bawah nasional.

 

“Inflasi kita (Sumsel) di Oktober ini relatif masih terkendali 0,13 persen, bahkan melandai dibandingkan capaian di September,” ujar Wahyu saat diwawancarai langsung, pada Senin (03/11/2025).

 

Wahyu menjelaskan, secara year to date atau kumulatif Januari hingga Oktober 2025, inflasi tercatat sebesar 2,38 persen.

 

Angka tersebut masih dalam kisaran target nasional Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, yaitu 2,5 persen plus minus satu persen.

 

“Artinya capaian ini masih di dalam rentang target, dan menunjukkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan BI berjalan cukup baik,” jelasnya.

 

Meski demikian, ia mengingatkan potensi tekanan harga masih mungkin terjadi pada November dan Desember mendatang.

 

Faktor musiman seperti peningkatan permintaan saat libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan memberi pengaruh terhadap pergerakan harga.

 

“Tekanan inflasi dua bulan ke depan relatif masih tinggi karena ada bayang-bayang peningkatan permintaan dari program SPPG dan juga momentum hari besar keagamaan,” terangnya.

 

Menurutnya, beberapa komoditas yang sempat memicu inflasi kini mulai turun, salah satunya cabai merah.

 

Harga cabai yang sempat menembus Rp80 ribu per kilogram kini turun menjadi Rp40 ribu, bahkan di beberapa pasar mencapai Rp35 ribu per kilogram.

 

“Beras juga menjadi penahan inflasi berkat intervensi pemerintah. Walau emas naik sampai Rp2,4 juta per gram karena faktor global, secara umum harga pangan kita lebih stabil,” katanya.

 

Sementara itu, komoditas wortel sempat menjadi penyumbang inflasi di beberapa daerah akibat berkurangnya pasokan di pasar dan meningkatnya permintaan dari program makan bergizi di sekolah (SPPG).

 

“Sayur-sayuran seperti wortel banyak diminati siswa. Harapannya, ke depan pasokan untuk SPPG dan pasar umum bisa diatur lebih seimbang agar tidak terjadi gangguan distribusi,” ungkapnya.

 

Ia menambahkan, pemerintah akan terus menjaga kestabilan pasokan dan memperkuat koordinasi lintas sektor untuk memastikan harga kebutuhan pokok tetap terjangkau hingga akhir tahun.

 

“Saya yakin dengan kolaborasi yang selama ini kita lakukan, pemerintah daerah bisa mengendalikan angka inflasi sehingga capaiannya tetap sesuai target,” pungkasnya.