Polda Sumsel Ajak Mahasiswa UNSRI Perkuat Sinergitas Cegah Radikal Terorisme di Lingkungan Kampus

 

Laporan: DENI

 

KOTA PALEMBANG, BSUniversitas Sriwijaya (UNSRI) bekerja sama dengan Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Sumsel menggelar seminar wawasan kebangsaan dan pencegahan intoleransi, radikalisme, serta terorisme di lingkungan kampus, pada Rabu, 1 Oktober 2025.

 

Kegiatan yang berlangsung di Graha Sriwijaya Kampus Palembang itu diikuti oleh sivitas akademika UNSRI dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai instansi salah satunya Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sumsel, Isabella Kepala Kesbangpol Provinsi Sumsel,  Alfajri Zabidi dan eks Napiter, Budi Setiawan Ismail alias Abu Ghozi.

 

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UNSRI, Rujito Agus Suwignyo mengatakan, bahwa seminar ini memiliki makna yang sangat strategis terutama dalam memperkuat wawasan kebangsaan.

 

“Tentu kita memahami juga bahwa intoleransi, radikalisme dan terorisme adalah tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat kita terutama di dunia pendidikan. Kita semua tentu sepakat bahwa sikap intoleran yang berujung pada radikalisme dan terorisme tidak dapat dibiarkan berkembang terutama di kalangan generasi muda yang merupakan harapan bangsa,” terangnya.

 

Oleh karena itu, menurutnya melalui seminar ini dapat emberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih tentang bahaya-bahaya tersebut dan bagaimana cara mencegahnya, terutama dalam kehidupan kampus.

 

“Menghadapi terorisme saat ini adalah dengan penguatan ideologi, mahasiswa memiliki intelektualitas dan responsivitas terhadap masalah kedepan, manfaatkan kegiatan ini dengan baik karena narasumber adalah pakar yang kompeten terkait pencegahan terorisme,” katanya.

 

“Dengan menanamkan nilai-nilai toleransi, pemuda dapat membangun jembatan komunikasi yang kuat, mengurangi konflik, dan memperkuat solidaritas sosial,” tambahnya.

 

Dalam beragama, katanya harus mengedepankan sikap toleran, saling menghormati, dan memahami perbedaan. Ketika agama dijalankan dengan cinta kasih dan pengertian, akan menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai, menjauhkan diri dari ekstremisme dan radikalisme yang merusak.

 

“Pendidikan agama yang inklusif dan moderat menjadi kunci dalam membangun perdamaian dan menghilangkan benih-benih terorisme,” ujarnya.