September, Inflasi Sumsel Naik 0,27 Persen pada Volatile Food Jadi Pendorong Utama

Laporan: TIA

 

KOTA PALEMBANG, BS — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan mencatat laju inflasi bulanan (month to month/mtm) di wilayah itu mencapai 0,27 persen pada September 2025, dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan bergejolak (volatile food).

 

Kepala BPS Sumatera Selatan Moh Wahyu Yulianto mengatakan inflasi bulan September menunjukkan tren kenaikan setelah sebelumnya mencatat deflasi 0,04 persen pada Agustus 2025. Meski demikian, inflasi Sumsel masih sejalan dengan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,21 persen (mtm).

 

“Masih ada pekerjaan rumah pada Oktober, November, dan Desember. Diharapkan pemerintah daerah bersama instansi terkait dapat menjaga laju inflasi agar tetap dalam kisaran target 2,5 persen plus minus satu,” ujarnya saat rilis berita statistik di Palembang, Rabu (1/10/2025).

 

Menurut Wahyu, beberapa komoditas yang menyumbang inflasi terbesar di Sumsel antara lain cabai merah, emas perhiasan, daging ayam ras, sigaret kretek mesin, serta ayam hidup.

 

Ia menjelaskan, cuaca ekstrem turut memengaruhi stabilitas harga karena mengganggu produksi maupun distribusi bahan pangan.

 

“Jika dilihat dari kelompok pengeluarannya, tekanan inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang menyumbang 0,14 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,14 persen,” kata dia.

 

Sementara itu, beberapa kelompok pengeluaran mengalami penurunan harga (deflasi), di antaranya pakaian dan alas kaki sebesar 0,19 persen, perlengkapan dan peralatan rumah tangga 0,09 persen, serta rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,03 persen.

 

Berdasarkan wilayah, inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Muara Enim sebesar 0,35 persen, disusul Kota Palembang 0,30 persen, dan Kota Lubuklinggau sebesar 0,27 persen.

 

“Inflasi terendah tercatat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebesar 0,03 persen,” imbuhnya.

 

BPS mengingatkan pentingnya koordinasi lintas sektor untuk menjaga stabilitas harga, khususnya menjelang akhir tahun yang biasanya diwarnai peningkatan permintaan masyarakat. (Tia)