Berbagi Info Perkembangan Ekonomi, Bank Indonesia Sumsel Gelar Capacity Building Wartawan

Laporan : OFIE

 

YOGYAKARTA, BS — Sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi dalam mendiseminasi informasi perkembangan ekonomi kepada masyarakat, Bank Indonesia Propinsi Sumatera Selatan menggelar kegiatan Capacity Building Wartawan pada 25 September 2025 di Yogyakarta lalu.

 

Pada kegiatan ini, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Bambang Pramono, bersama Analis Yunior Kebijakan sistem pembayaran Dicky, berbagi wawasan seputar perkembangan ekonomi nasional dan Sumsel serta transpormasi sistem pembayaran digital yang terus berkembang pesat.

 

“Dengan kegiatan ini, diharapkan sinergi antara Bank Indonesia dan Insan media semakin kuat menyampaikan informasi yang tepat, kredibel serta edukatif terhadap masyarakat,”harap Bambang.

 

Pada kesempatan ini juga, Bambang Pramono juga menyampaikan pertumbuhan ekonomi Sumsel yang diperkirakan berada di kisaran 4,8 – 5,6 persen (yoy) pada 2025, hal ini didorong oleh sinergi kebijakan bank Indonesia dan pemerintah yang memperkuat perekonomian di semester II.

 

Pada Triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi Sumsel tercatat 5,42% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan nasional 5,12%, menjadikannya kedua tertinggi di Sumatera.

 

Bambang Pramono menyebutkan sektor pertambangan (24,45%), industri pengolahan (18,16%), dan perdagangan (14,16%) menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.

 

Terkait inflasi, Sumsel mencatat deflasi 0,04% (mtm) pada Agustus 2025, menurun dari inflasi Juli sebesar 0,14% (mtm). Secara tahunan, inflasi tercatat 3,04% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya 2,88% (yoy). “Komoditas utama penyumbang deflasi meliputi daging ayam ras, tomat, cabai rawit, bawang putih, dan beras, terutama akibat kelebihan pasokan daging ayam ras,” katanya.

 

Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sumsel melambat dari 7,15% (yoy) pada triwulan II menjadi 6,91% (yoy) pada triwulan III, terutama akibat penurunan tabungan dan deposito, sejalan dengan tren masyarakat yang mengurangi proporsi penghasilan untuk menabung.

 

Penyaluran kredit juga melambat menjadi 6,51% (yoy) dari sebelumnya 7,17% (yoy), terutama pada kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi.

 

Meski begitu, optimisme konsumen tetap terjaga, ditopang konsumsi barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja yang stabil.

 

Bambang menambahkan, faktor pendorong pertumbuhan Sumsel termasuk stimulus pemerintah pusat, program swasembada pangan, program MBG, serta cuaca yang relatif stabil mendukung produktivitas pertanian.

 

“Kondisi ini menunjukkan ekonomi Sumsel tetap tangguh dan mampu mendukung pertumbuhan nasional, sekaligus menjaga inflasi tetap terkendali,”tutupnya.